
Adat Pernikahan Nyeleneh dari Berbagai Belahan Dunia Unik Tapi Sarat Makna
Adat Pernikahan Nyeleneh dari Berbagai Belahan Dunia: Unik Tapi Sarat Makna – Pernikahan sering kali dipandang sebagai momen sakral yang penuh makna, diiringi adat istiadat yang diwariskan turun-temurun. Tapi siapa sangka, di berbagai belahan dunia, ada tradisi pernikahan yang bisa dibilang cukup nyeleneh—bahkan cenderung tak masuk akal jika dilihat dari kacamata modern. Namun, adat pernikahan nyeleneh ini bukan tanpa alasan. Di balik keanehannya, tersimpan filosofi dan simbolisme yang dalam.
Adat Pernikahan Nyeleneh dari Berbagai Belahan Dunia: Unik Tapi Sarat Makna

Mari kita jalan-jalan ke berbagai penjuru dunia untuk mengenal beberapa adat pernikahan paling nyeleneh yang ternyata sarat makna budaya.
1. Menangis Wajib Sebulan Sebelum Nikah – Tiongkok (Suku Tujia)
Di kalangan masyarakat suku Tujia di Tiongkok, calon pengantin wanita diharuskan menangis setiap hari selama satu bulan penuh sebelum hari pernikahan. Menangis ini bukan karena kesedihan, melainkan bentuk ungkapan rasa syukur, kebahagiaan, dan penghormatan kepada orang tua.
Tradisi ini bahkan berkembang menjadi “orkestra tangisan”, karena setelah hari ke-10, ibu, saudara perempuan, dan keluarga lainnya ikut bergabung dalam tangisan serentak. Aneh tapi nyata, dan konon ini dianggap pertanda pernikahan yang akan bahagia.
2. Mencubit Pengantin Wanita – Skotlandia
Salah satu tradisi nyeleneh berasal dari Skotlandia. Sebelum menikah, pengantin wanita akan menjalani ritual bernama blackening. Ia akan disiram lumpur, tepung, telur busuk, bahkan ikan mati oleh teman-temannya, lalu diarak keliling kota.
Meski tampak kejam, tradisi ini justru dianggap sebagai bentuk kasih sayang. Tujuannya agar si pengantin kuat menghadapi segala halangan dalam kehidupan rumah tangga, karena ia sudah mengalami “yang paling buruk”.
3. Menikah dengan Pohon – India
Di beberapa wilayah di India, seperti di daerah yang memegang teguh sistem astrologi, ada kepercayaan bahwa seseorang yang terlahir di bawah Manglik dosha akan membawa sial bagi pasangannya. Untuk menghindari kutukan itu, mereka harus terlebih dahulu menikah dengan pohon pisang atau beringin sebelum menikah dengan manusia.
Setelah ritual selesai, pohon itu ditebang—menandakan “perceraian”. Baru kemudian pasangan itu boleh menikah secara resmi. Tradisi ini lebih spiritual daripada sekadar simbol, meski bagi orang luar tampak nyeleneh.
4. Dilarang ke Kamar Mandi – Tidong, Indonesia
Suku Tidong di Kalimantan Utara punya tradisi unik yang cukup ekstrem. Setelah menikah, pasangan pengantin dilarang buang air besar maupun kecil selama tiga hari tiga malam. Mereka dijaga ketat oleh keluarga dan hanya diberi sedikit makanan serta minuman.
Menurut kepercayaan, pelanggaran tradisi ini bisa membawa kesialan seperti perceraian atau kematian anak. Tradisi ini dipercaya mempererat ikatan pasangan melalui ujian kesabaran dan ketahanan.
5. Dilempari Kayu – Korea Selatan
Setelah resepsi pernikahan di Korea Selatan, pengantin pria akan menjalani tradisi bernama balyi, yaitu kakinya diikat dan dipukul menggunakan ikan kering atau tongkat kayu oleh teman-temannya.
Maksud dari tradisi ini adalah untuk menguji kekuatan dan keteguhan hati si pengantin pria. Konon katanya, ini juga bisa membantu “meningkatkan performa” di malam pertama. Tradisi ini dilakukan sambil tertawa dan bercanda, jadi lebih ke arah lelucon perayaan.
6. Pura-Pura Meninggal Dunia – Mongolia
Di Mongolia, pasangan yang akan menikah harus terlebih dahulu membunuh anak ayam bersama-sama dan memeriksa hati hewan itu. Jika bentuk hatinya bagus, pernikahan dianggap mendapatkan restu leluhur dan bisa dilanjutkan. Kalau tidak, mereka harus mencoba lagi dengan ayam lain sampai mendapatkan hasil yang dianggap “baik”.
Meski terdengar sadis, ritual ini dipercaya sebagai bentuk ujian keselarasan dan kerja sama pasangan.
7. Dilarang Tersenyum – Republik Kongo
Jika pernikahan di sebagian besar dunia identik dengan senyuman dan kebahagiaan, di Republik Kongo justru sebaliknya. Pasangan pengantin tidak diperbolehkan tersenyum sepanjang upacara pernikahan. Jika mereka tertawa atau tersenyum, dianggap tidak serius dengan pernikahan tersebut.
Tradisi ini mencerminkan kesakralan dan keseriusan dalam membangun rumah tangga. Jadi, meskipun hati berbunga-bunga, wajah tetap harus datar.
8. Menikahi Hewan untuk Buang Sial – Afrika dan India
Di beberapa wilayah di Afrika dan India, ada tradisi ekstrem di mana seseorang harus “menikahi” hewan seperti anjing atau kambing. Tradisi ini biasanya dilakukan untuk “membuang sial” atau menghindari kutukan tertentu menurut ramalan.
Setelah ritual pernikahan selesai, kehidupan kembali berjalan normal, dan pasangan itu bebas menikah dengan manusia. Meski terdengar aneh, ritual ini masih dilakukan hingga hari ini di komunitas-komunitas tertentu.
9. Meludahi Pengantin – Kenya (Suku Maasai)
Suku Maasai di Kenya punya adat yang cukup mencengangkan: ayah dari pengantin wanita akan meludahi kepala dan dada anak perempuannya sebelum ia dibawa pergi oleh mempelai pria. Bagi mereka, ludah bukan hal najis, melainkan simbol berkah dan restu.
Tradisi ini mencerminkan cara unik dalam menunjukkan cinta dan restu orang tua kepada anak yang akan memulai hidup baru.
10. Pernikahan Diam – Chewa, Malawi
Suku Chewa di Malawi memiliki tradisi pernikahan yang dilakukan tanpa suara. Pasangan tidak boleh berbicara selama prosesi, bahkan tidak boleh saling menatap terlalu lama. Semua dilakukan dengan isyarat dan ekspresi tubuh.
Tradisi ini mengajarkan pengendalian diri, kedewasaan, dan kemampuan membaca pasangan tanpa harus banyak bicara—nilai yang dianggap penting dalam rumah tangga.
Penutup
Adat pernikahan nyeleneh dari berbagai belahan dunia membuktikan bahwa cinta dan komitmen bukan hanya soal cincin dan pesta megah. Di balik tradisi aneh tersebut, ada nilai-nilai luhur seperti rasa hormat, kerja sama, pengorbanan, dan kesetiaan yang dijunjung tinggi.
Boleh jadi, hal-hal yang terlihat aneh di mata kita justru punya makna yang lebih dalam dibanding prosesi modern yang kita kenal. Dunia ini penuh warna, dan setiap tradisi adalah cermin budaya yang layak dihargai.